18 Des 2013

DENGAN BAHASA YANG LEBIH BESAR, DENGAN TANDUK YANG LEBIH TAJAM.

“What is important is to spread confusion, not eliminate it.” ― Salvador DalĂ­

Quote Dali ini dipilih sebagai pembuka karena terus terang saja, 'confusion' adalah energi terbesar yang menyinari proses berkesenian SID beberapa tahun belakangan ini. Sejak album terakhir Angels and The Outsiders (2009) kami berevolusi dengan alot, bertempur dengan kedewasaan, mencoba meredefinisikan arti seni, popularitas dengan segala macam aspek personal, sosial bahkan politik-nya. Semakin kami tahu, semakin kami tidak tahu. Semakin kami belajar, semakin banyak pula yang harus dipelajari. Mungkin dunia yang semakin absurd ini memang butuh perlawanan yang juga absurd. Dikepung ritme hidup, kami pun tiba di sebuah persimpangan dimana kami harus memilih. Apakah kami akan menjadi band yang statis berada di arena perang yang itu-itu saja, atau kami akan menjawab tantangan hati untuk membawa karya kami ke wilayah yang lebih 'besar' dengan target serang yang lebih 'besar'.

Apakah kami siap untuk sebuah perubahan yang akan melibatkan banyak benci dan cinta? Pertanyaan ini kerap menjadi teman minum bir kami dikala senja. Akahkan penikmat musik kami akan merasakan apa yang coba kami sampaikan? Mungkin iya, mungkin tidak. Apakah itu penting? Dan jawabannya adalah album ini: Sunset Di Tanah Anarki. Setelah berproses, ternyata kami tidak takut kehilangan, kami bahkan tidak takut akan apapun, kami hanya takut akan musuh terbesar kami, yaitu diri kami sendiri. Kami akan merasa sangat bersalah jika harus berkesenian dan berekspresi tanpa mengikuti kata hati yang paling dalam. Let the inner-voice shines through the darkness and be our guide. Jika penikmat musik tidak bisa memahami perspektif musikal kami nanti, bukan berarti suara hati kami tidak akan mereka rasakan. Dan itulah getaran-getaran kecil yang kami kejar.

Kamipun lancang memindahkan gigi untuk melanggar speed-limit kreatifitas yang selama ini kami patuhi. Hasilnya, di album ini kami congkak menyilangkan lintas genre, mulai dari hardcore, drum n bass, metal, arena-rock, rockabilly hingga perkara orkestra. Semua kami libas. Ditambah permainan lirik diluar pakem dan pemahaman esensi yang berbeda dengan album-album kami sebelumnya. Kerinduan akan perubahan yang lebih baik tetap menjadi kerangka dan Anarki kami pilih sebagai benang merah album ini. Anarki sebagai an advanced form of love. Anarki sebagai mimpi agung SID yang 'rumahnya' (Bali) sedang diluluh-lantakkan secara ekonomi dan budaya. Anarki sebagai kanal pembebasan untuk jiwa yang selama ini terlelap oleh kidung syahdu hedonisme. Dan balik ke quote Dali tadi,  'confusion' adalah pelatuk dari semua ini. Semakin kami dewasa, semakin kami bingung melihat dunia yang semakin absurd, kami bingung melihat realita yang makin miskin hati, kami bingung melihat alam dan peradaban diperkosa tanpa malu oleh mesin-mesin berbentuk manusia. Kami bukan malaikat penyelamat, tentu saja, namun kami bingung dan ingin berbagi kebingungan ini kepada dunia.

Dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini seolah menjadi mesin pemintal lagu yang sangat produktif. Total ada 17 langgam perang yang membingkai kebingungan kami. Ada beberapa lagu yang sudah ditulis awal 2000-an, ada juga yang ditulis tak selang beberapa lama sebelum proses rekaman dimulai. Dibuka dengan 'Ketika Senja (The Opening)' - sebuah penegas identitas, dengan pride yang dilapisi baja kami meneriakkan "Welcome boys and girls, to the monument of Fuck You All!". Empat tahun kami nihil karya, kini kami datang bersama badai. Lalu 'Bulletproof Heart' yang seolah ditulis di penjara Mexico, berkisah tentang malaikat yang mati sebelum terlahir, di sebuah tempat gelap dimana para setan berdoa untuk akhir dunia. 'Suara Dalam Menara' yang melibatkan choir ibu-ibu gereja, sampai sekarang kami masih mencari makna tetap dari syairnya yang absurd. Apa/siapakah Menara itu? Apakah lagu ini berkisah tentang betapa agung-nya cinta dan betapa nihilnya manusia? Penulis lagunya-pun tak bisa menjelaskan. Lagipula, tak semua lagu harus memiliki makna literal. 'Bulan & Ksatria' yang potongan liriknya berbunyi "Ksatria datang dengan bendera tanpa pedang, di detik ini cinta adalah kebenaran" adalah lagu cinta para pemberontak yang muak terhadap sistem kasta, standar moral & pembenaran-pembenaran semu pendahulu kita. Juga ada proyek kolaborasi lirikal dengan lirikus gila Prima Geekssmile di 'Belati Tuhan' yang abstrak berkisah tentang mimpi besar kaum vandalis yang harus menjadi vandalis karena itu satu-satunya jalan tuk temukan adil. Sebagai catatan, gerinda beraroma street-punk ini adalah lagu terkencang sekaligus terpendek (2 menit 16 detik) yang pernah kami rekam. 'Kita Luka Hari Ini Mereka Luka Selamanya' adalah pesan perdamaian yang berbunyi: WE WILL SHUT THEIR MOUTH & KICK THEIR ASS FOR GOOD. Meski bingung, lelah dan kadang merasa kurang fotogenic, kami tak lupa untuk sesekali berpesta bersama serigala-serigala jalanan, dan  'Burn The Night' adalah hormat drum n bass kami untuk setiap sudut gang di Kuta yang kerap menjadi saksi lahirnya ide-ide pembakar dunia. Guy Fawkes dari V For Vendetta akan menyukai  'Kita Adalah Belati' dimana kami, untuk kesekian kalinya, menyatakan perang terhadap fasisme. Ini adalah kemuakan kami terhadap agenda 'dunia tanpa pelangi' yang sering diteriakkan para bigot.

Tak ketinggalan, romansa pun kami kaitkan dengan perang dan kebingungan. Angle yang dipakai saat menulis tembang 'Sunset di Tanah Anarki' adalah seorang anarkis yang diburu penguasa hingga ia harus meninggalkan sang kekasih. Lagu ini terinspirasi dari kedekatan kami dengan beberapa aktivis yang tak henti melawan dunia dengan mimpi besar mereka untuk cinta. Romansa penuh amarah di 'Forever Love Insane' adalah percobaan kami memadukan punkrock dan hardcore, rasa murka penuh kasih sayang pekat terasa. Tak hanya amarah, zat gula juga kami suntikkan, salah satunya di 'Water Not War' yang terinspirasi kasus-kasus krisis air. Salah satu lagu sedih termanis yang pernah kami ciptakan. Langkah terlancang kami mungkin 'Jadilah Legenda' yang merupakan pernikahan antara balada kelas kakap dengan anggun-nya orkestra dan choir gereja. Produksi lagu ini begitu besar siapapun tak akan menyangka lagu ini hasil karya kami, berandalan Bali yang kadang lupa akan kunci gitarnya.

Demikian press release sekaligus rangkuman singkat dari beberapa tembang yang menghiasi album Sunset Di Tanah Anarki. Proses rekaman kami lakukan di Electrohell Studio - Bali, dibantu oleh beberapa teman musisi dan seniman Bali dan luar Bali. Kami berharap kebingungan ini tersiar dengan lantang hingga perubahan lebih lekas terjadi. Kebingungan menimbulkan pertanyaan dan pertanyaan menimbulkan peluang untuk suatu perubahan. Suka atau tidak, inilah SID kini. Kami tak sabar ingin berbagi kebingungan ini kepada dunia, kali ini dengan bahasa yang lebih besar, dengan tanduk yang lebih tajam.


Cheers!

JRX

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes