26 Agu 2014

Ajak Didi Kempot, Endank Soekamti Ingin Majukan Campursari

 
Liputan6.com, Yogyakarta Endank Soekamti bisa menjadi salah satu band punk rock terunik di Indonesia. Pasalnya, selain membuat lirik-lirik yang unik, band asal Yogyakarta ini juga mengundang musisi kondang Tanah Air dari berbagai aliran untuk album baru bertajuk Kolaborasoe.

Sebut saja Cherrybelle, Coboy Junior, Slank, Gigi, Naif, Pongki Barata, bahkan hingga Didi Kempot yang dikenal sebagai penyanyi campursari. Lantas, apa alasan Endank Soekamti mengajak serta Didi Kempot?


"Di tiap album Endank Soekamti selalu ada bahasa Jawanya. Kami mengajak mas Didi Kempot karena beliau yang konsisten terhadap musik campursari dan sebagai ikon yang membawa musik daerah bisa diterima secara populer," ungkap band yang terdiri dari Erix Soekamti (vokal, bass), Ari (drum), dan Dory (gitar) ini dalam sebuah siaran pers.

Mereka juga turut menyatakan alasannya dalam mengajak Naif, salah satu grup yang menghidupkan musik retro dengan gaya modern. "Kami mengagumi suara David," ujar mereka.


Pongki Barata sebagai salah satu musisi ternama yang dikenal melalui Jikustik dan The Dance Company juga menjadi sosok terhormat dalam album ini. Dijelaskan oleh Endank Soekamti, "Pongki adalah produser album pertama Endank Soekamti di album Kelas Satu. Kalau dulu sebagai produser, kali ini kita ajak untuk berkarya bersama di musikalnya."


Lalu, bagaimana dengan grup vokal Cherrybelle yang mereka aja berkolaborasi? Menjelaskan tujuan Endank Soekamti memilih Cherrybelle, mereka menuturkan, "Rasanya akan manis kalau di album ini ada suara ceweknya."


Selain nama-nama di atas, Endank Soekamti juga turut menggaet beberapa nama musisi berkelas Tanah Air lainnya seperti Iyo Pure Saturday, Rachel Esnanas, Dewa 19, Yacko Rapper, Stevy Item, dan Tom Kill Jerry.

Rencananya, album Kolaborasoe akan dirilis awal Oktober 2014 dalam beberapa format fisik (boxset) maupun digital. Hampir sama seperti album Angka 8, sebelum perilisannya akan diadakan ajakan menabung berjamaah yang diikuti oleh pra-pemesanan.
 
 

12 Agu 2014

JRX SID : RUMBLE CLOTH dan Esensi Didalamnya


Pria bertubuh kekar asal Bali ini dikenal dengan aksinya yang berani dalam menyuarakan perlawanan dan perubahan lewat  lirik – lirik lagu yang ia ciptakan. Kontribusi nyata yang ia wujudkan lewat berbagai macam aksi penyelamatan lingkungan, mulai menarik perhatian sebagian besar masyarakat dan media. Beberapa prestasi membanggakan juga telah diraih bersama dengan band yang dibangunnya, diantaranya meraih Double Platinum untuk album Kuta Rock City, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, ia bersama bandnya juga pernah mewakili Asia dalam ajang festival musik terbesar di Amerika “ Vans Warped Tour “ pada tahun 2009. 

Dia adalah I Gede Ari Astina atau lebih dikenal dengan Jerinx , pemain  drum dari band Punk Rock asal Bali yang bernama Superman Is Dead. Jerinx memulai karirnya bersama SID pada tahun 1995, bersama dengan I Made Budi Sartika (Bobby Kool) pada gitar dan vokal, dan I Made Eka Arsana (Eka Rock) pada bass. Awal mula ia memilih genre Punk Rock adalah karena ia merasa kemampuan bermusik yang ia miliki pas-pasan, sehingga akan sulit jika memainkan genre musik metal atau yang lainnya. “Kami memilih memainkan Punk Rock karena skill kami pas-pasan, kami hanya menang muka ganteng saja,” ungkap Jerinx seraya bercanda kepada Tim Liputan Majalah Excellent saat ditemui di Sukabumi, Jawa Barat.

Berawal Dari Hobby Menggambar
Selain disibukkan oleh kegiatannya sebagai musisi, ternyata sisi lain hatinya juga memiliki jiwa bisnis. Jerinx selalu berangan ingin membuat sebuah usaha clothing dimana ia akan menumpahkan segala imajinasi desain dan ketertarikannya terhadap dunia fashion terutama yang bertemakan perlawanan dan juga memberikan kontribusireal dari arti perlawanan itu sendiri. “Saya sangat suka menggambar dan saya ingin hasil karya saya ada didalam pakaian,” ujar Jerinx.  Bersama dengan seorang rekannya, akhirnya Jerinx mendirikan usaha clothingnya sendiri di Bali yang bernama Lonely King di tahun 2005.

Sempat Terjatuh dan Menyerah
Dua tahun bisnis clothingnya berjalan, namun tak juga menghasilkan keuntungan. Jerinx pun merasa bingung dan memutar pikirannya agar bisnis yang ia bangun ini dapat bergerak ke arah yang lebih baik. Tak kunjung mendapatkan ide dan jalan keluar, akhirnya Jerinx masuk ke titik dimana ia akan menyerah. “Mungkin clothing bukan dunia saya, lebih baik saya mundur saja dan fokus kepada karir bermusik saya,” pungkasnya. Jerinx juga menambahkan bahwa salah satu faktor kegagalannya adalah karena memang ia tidak mempunyai pengalaman di bisnis pakaian, sehingga semuanya jadi terbengkalai.

Suatu ketika ia bertemu dan mengobrol dengan salah satu sahabatnya yang bernama Adi yang jugaBasist dari Group Band Rockabilly asal Bali yang bernama The Hydrant, ia memiliki hobby yang sama dengan Jerinx yaitu mendesain gambar. Adi memiliki sebuah clothing kecil-kecilan milik sendiri yang bernama Rumble dan Jerinx sering melihat beberapa desain baju milik Adi di akun facebooknya.

Beberapa kali bertemu dan berbincang dengan Adi, Jerinx merasa dirinya dengan Adi mempunyai satu visi yang sama. Jerinx menyukai arah/ kiblat seni yang dimiliki oleh Adi. Dari situlah Jerinx merasa saat itulah ia akan memulai kembali bisnis clothing yang pernah gagal ia jalani sebelumnya. “Satu hal yang paling penting adalah kami mempunyai satu visi yang sama, yaitu memberikan kontribusi atas perubahan dan perlawanan yang kami suarakan lewat jalur bisnis clothing,” Tegas Jerinx. Akhirnya Jerinx dan Adi resmi bersama membangun Rumble menjadi suatu bisnis clothing yang serius.

Filosofi dari Rumble sendiri adalah sesuatu yang dapat menggelegarkan perlawanan dan perubahan, artinya ketika Rumble datang, maka saat itu akan ada perubahan. Jika dilihat dari segi  desain, produk Rumble lebih berkiblat pada nuansa  Custom Culture, Punk Rock, Rockabilly, Californian Skate, Hoad Roader,  Classic Vintage, dan terkadang ada sentuhan Hip Hop, secara estetika itulah unsur yang ada di produk Rumble. Jika dilirik dari sudut pandang Value, Rumble memiliki sebuah program kemanusiaan yang bernama Eco Defender. Bentuk real dari Eco Defender di Bali adalah bekerja sama dengan LSM yang melakukan gerakan independent yang melawan kebijakan-kebijakan penguasa yang berpotensi melukai alam, seperti contoh jika di Bali Rumble bekerjasama dengan Walhi Bali. Jadi dari setiap item yang terjual di Rumble, sebanyak Rp 2.000,- akan disumbangkan untuk mendukung pergerakan mereka.

Rumble juga memiliki satu produk khusus yang berupa Pomade/ minyak rambut, dimana semua bahan yang digunakan untuk membuatnya dihasilkan oleh petani lokal dan dibuat di Bali. “Kami memperlakukan petani lokal tidak seperti tengkulak, jadi kami membeli bahan dari mereka dengan harga yang masuk akal dan tidak menekan,” tambahnya. Jerinx menambahkan bahwa hasil dari penjualan 1 kaleng minyak rambut ini disumbangkan sebesar Rp 4.000,- untuk membantu pergerakan Walhi Bali.

Tak Hanya Menjual Produk, Tapi Juga Edukasi
Dalam upaya mengembangkan bidang usahanya, Jerinx mengalami sedikit kendala perihal persaingan harga yang akan ia terapkan pada produknya. “Kita semua tahu, pusat Garment di Indonesia adalah di Bandung. Disana kita bisa mendapatkan barang bagus dengan harga yang murah, jadi ketika produk yang dihasilkan di Bali mencoba bersaing dengan produk yang dihasilkan di Bandung, otomatis dari segi harga kita tidak akan bisa bersaing. Harga produk yang dihasilkan di Bali akan menjadi sedikit lebih mahal, baik karena faktor pengiriman dan sebagainya, namun dari segi kualitas kami berani bersaing dengan yang lain,” ujar Jerinx. Ia berharap agar pengusaha garment dimanapun dapat memperluas area usahanya, jangan berpusat di satu kota saja. Masih banyak anak muda dikota lain yang berkeinginan untuk menciptakan suatu brand mereka sendiri, dan mereka perlu di fasilitasi untuk itu.

Namun dengan keadaan tersebut, Rumble beruntung masih memiliki konsumen yang memiliki loyalitas tinggi terhadap produk-produknya. Buat mereka yang memahami secara benar esensi dari produk Rumble, bukanlah suatu masalah mengeluarkan uang sedikit lebih banyak. “Seperti contoh kami membuat pomade dan dijual dengan harga Rp 150.000,- yang termasuk dalam kategori harga yang cukup mahal, namun tetap dicari oleh para konsumen loyal kami. Karena mereka mengerti dibalik itu semua ada misi yang sedang dijalankan. Selain itu seperti yang sudah saya jelaskan tadi, kami membeli bahan 100% organik dari petani lokal dengan tidak menekan dan masuk akal, sehingga harga pomade kami otomatis menjadi sedikit lebih mahal, namun itu bukanlah masalah buat mereka yang mengerti secara benar,” tambah Jerinx.

Itulah pesan yang ingin Jerinx sampaikan kepada masyarakat luas, bahwa Rumble tidak hanya menjual produk tetapi juga ada edukasi danknowledge didalamnya, dan ia ingin agar hal semacam ini menular kepada pengusaha lainnya. Jerinx berharap dengan adanya Rumble, akan menanamkan pemikiran bahwa jika seseorang memakai produk Rumble maka tidak hanya sekedar untuk bergaya, namun juga ikut berkontribusi yang nyata terhadap keadilan alam dan manusia.

Jerinx memberikan pesan kepada Sahabat Excellent, “jangan terlalu cepat percaya media, jangan terlalu mudah mengikuti isu isu yang belum jelas, harus tetap berfikir kritis dan pertajam nalar. Selalu berfikir positif bahwa perubahan untuk kebaikan itu pasti akan terjadi sesulit apapun halangan yang ada. Bisnis itu tidak selalu identik dengan keuntungan, tetapi harus ada passion, hati nurani, dan sesuatu yang lebih besar daripada uang yang hendak diraih.” (DR)
Denni Raynol

Sumber :  http://www.majalahexcellent.com/

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes