Grup band Superman Is Dead (SID)
ketika konser bertajuk “ Change The Ordinary” di Gong Perdamaian
Kertalangu, Bali pada 12 Juni 2015 malam dilarang oleh aparat kepolisian
untuk menyuarakan kampanye “Bali Tolak Reklamasi” di atas panggung.
Namun, para personil SID tetap punya cara sendiri untuk
menyampaikan pesan untuk menyelamatkan alam di Bali. Mereka benar-benar
tidak bersuara diatas panggung untuk kampanye tolak reklamasi. Semua
personil menggunakan kaos betuliskan Bali Tolak Reklamasi dan menutup
mulut mereka dengan plester berwarna hitam. Ketiganya berdiri berjajar
di depan panggung dan mengangkat tangan kiri yang terkepal.
“Benar semalam dilarang. Namun kami tidak terima pelarangan tersebut
dan kami akan melawan dengan cara yang kami bisa,” kata Jerinx,
penggebuk drum SID ketika dihubungi Uwong.co pada Sabtu, 13 Juni 2015.
Jerinx berpesan bahwa penguasa harus ingat bahwa jika anak muda
semakin ditekan maka akan semakin melawan. Seperti dituliskan di Fanpage
resmi Superman Is Dead,mereka mau membungkam tapi kami tetap melawan!
Aparat dan penguasa melarang SID menyuarakan isu Bali Tolak Reklamasi di
atas panggung. Namun kami tak mau menyerah begitu saja. Dan inilah cara
kami melawan.
Sementara itu, I Wayan “Gendo” Suardana selaku Koordinator Forum
Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) Teluk Benoa mengatakan bahwa
tindakan pelarangan oleh apart kepolisian menunjukan bahwa situasi
kebebasan berekspresi sebagai hak konstitusi di negara kita masih lemah
dan belom terlindungi. Apa urusannya pihak kepolisian melarang musisi
untuk mengkampanyekan sikapnya? Sayangnya ini selalu saja terjadi bahkan
sering terjadi. Pihak kepolisian sering menekan pihak Event Organiser
jika ada musisi penolak reklamasi yang main di event EO itu.
Seolah-olah pihak kepolisian paranoid jika ada musisi yg bicara tolak
reklamasi di atas panggung. Pada titik inilah kami mempertanyakan motif
dari pihak kepolisian atas sikapnya,” kata I Wayan Suardana yang akrab
disapa Gendo.
Baliho Tolak Reklamasi Kembali di Rusak
Baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Pemuda adat Suwung Kauh
Denpasar kembali dirusak jelang kedatangan Presiden ke Bali dalam acara
Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar pada Sabtu dan Minggu, 13-14 Juni
2015 di Sanur, Bali.
Gendo mengatakan, kejadian tutin jika ada petinggi negeri datang ke
Bali selalu saja begini. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono datang
baliho-baliho di rusak. Saat ini ketika Jokowi datang juga sama. Hanya
saja saya agak tertarik dengan polanya. yang begitu rapi dan taktis.
“Saya menduga ini dilakukan oleh orang-orang yang terlatih,” kata Gendo
Ia menambahkan, pernah baliho dijaga oleh teman-teman dan warga dari
tengah malam sampai jam 6 pagi. Hal ini dilakukan karena perusakan
rata-rata dilakukan saat subuh. Namun apa yang terjadi? Ditinggal jam 6
pagi untuk mandi sebentar, lalu kembali lagi ke lokasi ternyata baliho
rusak. Rentang waktu 15 – 30 menit. Ada juga pengalaman seorang relawan
yang lucu. Dia pasang baliho di tembok dalam rumah. Mengingat
baliho-baliho di jalan sudah tumbang. Apa yang terjadi, selama baliho
dia tungguin maka baliho aman, tapi saat dia tinggal belanja hanya 5
menit baliho tersebut sudah hilang.
“Jadi bayangkan , jika tidak terlatih siapa yang bisa melakukannya
tindakan seperti ini? Mengintai dengan tekun, lalu mengambil baliho
dengan cepat. Dugaan saya hanya orang terlatih yang mempunyai kemampuan
seperti ini,” tutup Gendo.
Uwong.co coba mengkonfirmasi kepada pihak kepolisian daerah Bali,
namun hingga berita ini diturunkan belum ada respon yang kami terima. Editor: Tommy Apriando.