Itulah sepenggal lirik lagu yang diciptakan oleh UKM seni UMI yang berjudul 'AMARAH' untuk memperingati tragedi April Makassar Berdarah.. Amarah seolah-olah masih
menjadi artefak di dinding-dinding penjara ketidak-adilan dan disulam menjadi
tirai emas para tiran
April Makassar Berdarah merupakan
salah satu gerakan sosial mahasiswa di Makassar pada tahun 1996 yang menelan
korban jiwa 3 orang dari kalangan mahasiswa dan ratusan kekerasan fisik lainnya
akibat perlakuan represif aparat keamanan (polisi dan tentara). Tulisan ini
akan dibagi perbagian dan pada bagian 1 (satu) tulisan ini diawali dengan
memaparkan kronologis kasus yang saat itu dialami dan informasi dari berbagai
sumber.
Kronologis Kasus
April Makassar Berdarah (AMARAH) ini terjadi dari rangkaian peristiwa yang
berlangsung kurang lebih 10 hari di Makassar. Dimulai dari tanggal 21 April
1996 dan berakhir pada tanggal 30 April 1996 yang ditandai dengan
penandatanganan piagam kerukunan. Berikut kronologis kasusnya:
Tanggal 21 April 1996
SK Walikota Ujungpandang No. 900/IV/1996 tanggal 16 April 1996 tentang tarif
angkutan kota mulai diberlakukan. Untuk trayek dalam Kota Ujungpandang
diberlakukan tarif yang sama, Rp. 500,- untuk masyarakat umum dan Rp. 200,-
untuk mahasiswa dan pelajar.
Tanggal
22 Apri 1996
Pukul 11.00 Puluhan mahasiswa UMI mendatangi kantor gubernur Sulawesi Selatan
untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka menuntut penurunan tarif tersebut dan
untuk tarif mahasiswa dan pelajar diberlakukan secara konsisten Rp. 200,-,
karena di lapangan faktanya tetap disamakan dengan penumpang umum. Mahasiswa
memberikan deadline 3 X 24 jam untuk keputusan penurunan kembali tarif
tersebut.
Pukul 14.00 Mahasiswa UMI melakukan demonstrasi dengan memblokade jalan Urip
Sumoharjo. Petugas tidak melakukan tindakan apa-apa, mahasiswa dengan tertib
membubarkan diri.
Pukul 20.00 lembaga-lembaga kemahasiswaan di beberapa perguruan tinggi dan
lembaga ekstra kampus mulai melakukan konsolidasi dan pertemuan untuk menyikapi
kebijakan ini.
Tanggal 23 April 1996
Pukul 10.00 Mahasiswa sudah mulai melakukan aksi dengan turun ke jalan di
setiap kampus masing-masing. Aksi yang memanas di kampus UMI. Sebuah bus damri
dihadang dan seluruh penumpangnya diturunkan. Bus dipalang di tengah jalan, aki
dibuka dan kaca dihancurkan.
Pukul 13.00 Kapoltabes Ujungpandang dan Dandim datang mengajak dialog mahasiswa.
Mahasiswa tetap bertahan menuntut adanya keputusan penurunan tarif dan terus
menyandera bus damri. iang
Aparat keamanan dari kepolisian datang dan segera membentuk pagar
betis.kemudian terjadi dialog antara mahasiswa dan pihak kepolisian.
Tiba-tiba satu truk aparat keamanan
dari Garnisun datang dan membentuk pagar betis di belakang aparat kepolisian
dan mamaksa mahasiswa untuk mundur dan masuk kedalam kampus. Hal ini
dimamfaatkan oleh pihak yang tak bertanggung jawab dan melakukan aksi
pelemparan batu sehingga aparat keamanan merengsek dan menyerbu masuk ke dalam
kampus sambil melakukan aksi pemukulan dan menembakkan gas air mata. Dan lebih
tragisnya lagi, mereka melakukan penamparan dan mencaci-maki mahasiswi yang ada
di depan Fak. Ekonomi.
Mereka juga merusak berbagai fasilitas kampus serta ratusan kendaraan roda dua
dan satu kendaraan roda empat. Batu melawan senjata, itulah gambaran perlawanan
mahasiswa pada saat itu. Sekitar 20 orang mahasiswa ditangkap dan dipukuli
sebelum diangkut. Pukul 16.00 sore Aparat keamanan mundur atas instruksi Kasdam
VII Wirabuana Brigjen Pahrul Rosi dan mengadakan dialog dengan mahasiswa. Pasukan
Brimob dan Armed menghalau mahasiswa di sepanjang jalan Urip Sumoharjo. Bentrok
tak bisa dielakkan perang batu pun tak bisa dihindari. Pasukan merangsek masuk
kampus UMI, mahasiswa tetap bertahan. Mahasiswa dipukuli dengan rotan dan
tendangan sepatu laras. Kaca perkuliahan hancur berantakan, puluhan mahasiswa
ditangkap dan dibawa ke Makodim.
Pukul 16.30 Kasdam VII Wirabuana Brigjen Fachrul Razi naik ke atas mobil
pemadam kebakaran memberikan pengarahan, juga nampak mendampingi Dandim Letkol
Sabar Yudo. Mahasiswa mulai membubarkan diri dan kembali melakukan konsolidasi
untuk membebaskan rekannya yang ditangkap.
Pukul 17.00 Di kampus IKIP Ujungpandang, pejabat kampus mulai melakukan
pendekatan kepada fungsionaris mahasiswa. Humas IKIP Ujungpandang turun
melakukan pertemuan dengan fungsionaris mahasiswa mulai dari HMJ, SMF, UKM-UKM
berkumpul di gedung SMPT. Humas mengajak untuk turun aksi esok harinya, tapi
bukan terkait dengan kebijakan tarif angkot tapi soal eksekusi tanah oleh pihak
PN Ujungpandang atas kasus tanah di kampus Gunung Sari yang di atasnya telah
berdiri gedung perpustakaan.
Pukul 20.00 Pengurus SMPT IKIP saudara Aswan Ahmad dan beberapa pengurus
lainnya berkonsolidasi ke sekretariat Senat Fakultas dan Himpunan se IKIP untuk
mengalihkan demosntrasi tersebut dari kasus tanah ke tarif angkot. Seluruh
mahasiswa diharapkan untuk turun ke jalan menyikapi SK Walikota dan aksi solidaritas
atas penangkapan dan sikap represif aparat terhadap mahasiswa UMI.
Tanggal 24 April 1996
Pukul 09.00 Mahasiswa dari berbagai kampus tumpah ruah ke jalan. Mahasiswa IKIP
Ujungpandang dari Kampus Banta-Bantaeng, Kampus Parangtambung dan Tidung berjalan
kaki memenuhi jalan-jalan protokol menuju kampus Gunung Sari. Kampus Gunungsari
dijadikan pusat aksi mahasiswa. Mahasiswa melakukan aksinya di depan kampus di
bawah jembatan penyeberangan dengan memblokir dua jalur jalan Andi Pangeran
Pettarani.
Pukul 11.30 Pasukan Armed dan Brimob menghalau mahasiswa dari jalan pettarani,
terjadi bentrok dengan saling lempar batu. Tembakan gas air mata membuat
mahasiswa membubarkan diri dan masuk kampus.
Pukul 11.30 Di saat yang sama, mahasiswa UMI dan 45 kembali turun ke jalan Urip
Sumoharjo. Truk sampah yang lewat depan kampus dihadang dan dibalikkan. Pasukan
dari kavaleri diturunkan bersama dengan 4 buah panser. Petugas masuk kampus
mengejar mahasiswa dan kembali melakukan tindak kekerasan.
Pukul 13.00 Kampus IKIP kembali bergolak. Mahasiswa kembali turun ke jalan
dengan jumlah yang besar dari aksi sebelumnya (pagi hari). Awalnya aksi
berjalan dengan tertib. Tiba-Tiba mahasiswa dikepung oleh pasukan Armed dan
Brimob. Dari arah selatan jalan Pettarani oleh Brimob dan dari arah utara oleh
pasukan Armed. Kali ini terjadi bentrok yang mengakibatkan puluhan mahasiswa
luka parah ditendang dan dipukuli dengan rotan hingga masuk ke got. Mahasiswa
membalas dengan lemparan batu dan panah. Satu orang anggota Armed terkena anak
panah di pelipis hingga tembus ke telinga. Petugas mengejar mahasiswa ke dalam
kampus hingga ke ruang-ruang kuliah. Termasuk menyeret mahasiswa yang lari ke
dalam mesjid Nurul Ilmi yang jamaahnya sementara sholat ashar. Mushallah
Fakultas FPIPS penuh dengan ceceran darah. Kaca-kaca ruang perkuliahan dan
gedung rektorat pecah berhamburan. Sejumlah mahasiswa, khususnya perempuan
pingsan akibat gas airmata, seorang anggota KSR PMI IKIP Rukman Musbar terkena
bom gas airmata saat memungut bom yang waktu itu belum meledak. Puluhan
mahasiswa ditelanjangi dan digiring dari dalam kampus dengan tendangan hingga
ke jalan raya dan dibawa pergi dengan truk aparat. Pada saat yang sama kampus
lain ikut bergolak.
Pukul 15.00 Kampus UMI kembali bergolak. Aksi mahasiswa kembali dibubarkan oleh
aparat. Kali ini petugas mengejar mahasiswa hingga ke dalam kampus, sampai ke
ruang-ruang perkuliahan. Dua panser ikut mengawal pasukan kavaleri yng tidak
dilengkapi tameng, kebrutalan aparat kembali terjadi. Mereka menembak
para mahasiswa bukan denagn tembakan peringatan tapi menembak untuk membunuh
mahasiswa. Mahasiswa terdesak dan sebagian menyelamatkan diri lari ke dalam
laboratotium dan ratusan mahasiswa lari ke tepi sungai pampang. Aparat kemudian
mengejar mahasiswa yang berada di tepi sungai pampang kemudian memukul dengan
beringas.
Sebagian mahasiswa mencoba menyelamatkan diri dengan cara menlompat ke
sungai, tapi pada dasar sungai pampang terdapat Lumpur setinggi 1 meter dan
kedalaman kurang lebih 4 meter dengan arus bawah yang deras. Mahasiswa yang
berlindung di fakultas di tangkap, lalu dipukuli dan ada yang ditelanjangi
(laki-laki). Masyarakat yang tidak tega melihat kekejaman ini
mencoba memahan aparat, tetapi mereka pun dipukuli dan ditangkap.
Pukul 17.30 Sejumlah mahasiswa dikabarkan tenggelam. Sebagian diantaranya
ditemukan dan dilarikan ke Rumah Sakit 45.
Pukul 18.30 Saiful Bya, salah seorang mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur
angkatan 1994 yang tenggelam meninggal dunia.
Praktis aparat keamanan menguasai kampus 100%. Mereka memaksa mahasiswa
meninggalkan kampus.mereka yang keluar kemudia di caci-maki dan dilempari
dengan batu. Aparat bermalam di kampus
Tanggal 25 April 1996
Pukul 07.00 pagi Mahasiswa berusaha masuk ke kampus dengan segala cara
karena diyakini masih ada korban yang belum ditemukan
Pukul 08.15 pagi Mahasiswa dan masyarakat mencari korban dengan cara
menyelam Pukul 09.00 Kembali seorang korban tak bernyawa di temukan dan
ternyata dia adalah Andi Sultan Iskandar. Pukul 12.45 WITA.- Mayat disemayamkan
di rumah sakit 45 dengan ambulance kecepatan lambat dan sekitar 100 mahasiswa
berjalan kaki. Pukul 13.00 WITA.
Pukul 10.00 Hampir semua kampus di
Kota Ujungpandang bergolak, mereka turun di jalan melakukan aksi solidaritas.
Jalanan dimana-mana macet. Jalan ST. Alauddin oleh mahasiswa IAIN, Unismuh. Jl.
Andi Tonro oleh mahasiswa STIE YPUP, Jl. Mappaoddang oleh STIEM, Pettarani oleh
mahasiswa IKIP, Bawakaraeng oleh UVRI dan sepanjang jalan Urip oleh mahasiswa
UMI, 45, dan di tamalanrea UNHAS serta UKIP PAULUS di Daya. Kali ini petugas keamanan
sedikit bersikap persuasif. Di depan kampus UMI sebuah sepeda motor petugas
dibakar.
Pukul 12.30 Mayat A. Sultan Iskandar mahasiswa Fakultas Ekonomi UMI angkatan 94
ditemukan terapung di sungai pampang. Mahasiswa membawanya ke RS 45. Dari RS
45, ratusan mahasiswa membawanya ke rumah duka di jl. Sukaria. Dalam
perjalanannya, di depan kantor gubernur sebuah sepeda motor petugas dibakar.
Sebelum ke rumah duka, mahasiswa sempat mengunjungi harian Fajar untuk
memperlihatkan mayat korban kepada wartawan.
Pukul 14.30 Kembali ditemukan mayat Tasrif terapung di sungai pampang. Akibat
masuknya aparat ke dalam kampus mengejar mahasiswa, sudah tiga orang mahasiswa
UMI ditemukan meninggal. Kemarahan mahasiswa Ujungpandang semakin tak
terbendung.
Pukul 16.00 Terkirim hasil rapat Gubernur H.ZB. Palaguna, Pangdam VII Wirabuana
Mayjen TNI Sulatin dan Walikota Ujungpandang Malik B. Masry yang sedang berada
di Makkah yang menyatakan bahwa kenaikan tarif angkutan kota Ujungpandang
ditunda.
Tanggal 26 April 1996
Pukul 11.00 Hampir semua mahasiswa turun ke jalan. Aksi secara sporadis ini
dilakukan oleh beberapa kampus: UNHAS, UKIP, IAIN, Unismuh, IKIP, STIP
Al-Gazali, YPUP dan beberapa perguruan tinggi yang lain turun aksi untuk
solidaritas mahasiswa UMI yang meninggal. Di depan kampus IKIP Ujungpandang Jl.
AP. Pttarani ratusan mahasiswa sholat jumat dan sholat Gaib di tengah jalan
yang dipimpin oleh Zainal ABIDIN Ketua LKIMB IKIP UP sebagai khatib dan imam.
Pukul 14.00 Jenazah A. Sultan Iskandar dimakamkan di pekuburan Dadi, sedangkan
jenazah Tasyrif dimakamkan di pemakaman Panaikang. Ratusan mahasiswa mengantar
dan mengiringi prosesi ini.
Pukul 16.00 Dari pemakaman di Panaikang, ratusan mahasiswa berkumpul untuk
melakukan aksi long march ke DPRD Sulsel dengan berbagai spanduk kecaman
terhadap aparat keamanan. Lagi-lagi aksi ini dibubarkan oleh aparat keamanan di
tengah jalan.
Pukul 17.00 Mahasiswa UNHAS keluar kampus dan menduduki jalan protokol, membuat
mimbar bebas di tengah jalan. Aksi solidaritas ini sempat memacetkan jalan,
setiap kendaraan ditahan dan penumpangnya diperiksa.
Tanggal 27 April 1996
Pukul 11.00 Aksi solidaritas kembali terjadi di STIE YPUP dan STIEM Bungaya.
mobil plat merah dihadang dan disandra oleh mahasiswa. Aksi ini dapat diredam
oleh petugas dengan cara persuasif.
Pukul 13.00 Kasdam VII Wirabuana Brigjen TNI Fachrul Razi selaku Kases
Bakorstanasda Sulawesi memberikan penjelasan kepada publik soal aksi
demonstrasi mahasiswa yang bentrok dengan petugas, termasuk mahasiswa yang
menjadi korban luka-luka maupun tewas.
Tanggal 28 – 29 April 1996
• Aksi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berlanjut. Kota Ujungpandang
lumpuh, angkot mogok, penumpang terlantar.
• Komnas HAM turun tangan akibat adanya indikasi pelanggaran HAM atas insiden
ini. Dipimpin oleh Baharuddin Lopa (sekjen) dan 2 orang anggota tim Mayjen
(pur)Soegiri, dan Brigjen (pur)Roekmini melakukan identifikasi dan mengumpulkan
keterangan dari berbagai pihak.
Tanggal 30 April 1996
• Aksi mogok angkutan kota berlanjut.
• Untuk menciptakan ketentraman di tengah-tengah masyarakat akibat dari kasus
ini, maka dilakukan pertemuan dengan berbagai pihak dan disepakati suatu piagam
kerukunan yang ditandatangani oleh para pihak, antara lain Pemerintah Kota
Ujungpandang, Pemprov Sulsel, Kasdam VII Wirabuana, Wakapolda Sulselra, DPRD
Sulsel, Organda, Tokoh Masyarakat, Pimpinan perguruan tinggi, perwakilan
mahasiswa dan Komnas HAM.
Identifikasi korban Syaiful bya, umur 21 tahun,mahasiswa teknik arsistektur
umi 94 alamat, BTN paropo blok D 10/9 makassar meninggal disungai pampang, pada
hari rabu 24 April 1996,. Pukul 18.15 malam dengan luka memar di bagian dada
dan belakang seperti bekas pukulan. Di kebumikan, 25 april 1996 di gorontalo.
Andi Sultan Iskandar umur 21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi akuntansi,
angkatan 1994. Alamat jl. Sukariya 1 No.77 Makassar. Meninggal dengan luka pada
dada bagian kiri bekas tusukan benda tajam. Wajah, jidat, kepala, dada dan
punggung memar dan bengkak bekas pukulan benda keras.Jenasah dikebumikan di
kuburan dadi Makassar pada hari jum’at 1996 pada pukul 13:00 WITA. Tasrif, umur
21 tahun, mahasiswa fakultas ekonomi studi pembangunan, angkatan 1994. Alamat
Jl. Tidung VII/Stp VII/No. 55 Perumnas Makassar. Dianiaya oleh militer dengan
benda keras dan dibunuh kemudian ditenggelamkan di sungai pampang. Mayatnya
ditemukan dengan luka bekas tusukan benda tajam pada leher sebelah kanan, pada
wajah dan tubuhnya terdapat luka memar dan bengkak