19 Jul 2012

Interview : Step! Magz & SID

StepMagz mendapat kesempatan untuk berbincang-bincang dengan trio punk asal Bali, sesaat sebelum jadwal mereka naik panggung. Obrolan di backstage pun berlangsung seru, interview yang tidak disertai Bobby Kool (vokal , gitar) itu dipenuhi canda Jrx (drum, vokal) dan Eka (bas, vokal). Menarik menyimak pandangan Jrx tentang maraknya konser artis luar negeri di Indonesia dan bagaimana mereka terlibat dalam album kompilasi lagu anak-anak. Berikut obrolan singkat kami dengan SID:

Apa kabar?
SID: Baik, tapi Bobby kurang baik, sedang radang tenggorokan, makanya tidak ngomong, takutnya nggak bisa nyanyi bentar hehehee..

Sejak tahun lalu hingga saat ini, Indonesia menjadi destinasi konser favorit para musisi mancanegara. Bagaimana kalian memandang fenomena ini?
Jrx: Kalo saya melihatnya dari sudut pandang ekonomi, bahwa itu indikator perekonomian dunia barat itu sedang down, makanya band-band atau artis luar itu berusaha survive dengan tur atau melakukan pertunjukkanke negara-negara lain. Kalo dulu kan jarang banget mereka tur ke negara-negara dunia ke tiga. Intinya, saya ngelihatnya sebagai perubahan ekonomi global!
Eka: Saya melihatdari sisi band-nya, kita mendapat suguhan langsung band-band atau artis yang manjadi idola kita atau masyarakat pada umumnya yang mana sebelumnya hanya bisa dinikmati melalui CD, majalah dan lain sebagainya. Juga untuk band-band lokal bisa banyak belajar dari artis-artis luar bagaiana cara produksi dan live-nya.
Jrx: Yaah banyak positifnya lah untuk kedua belah pihak. Band lokal bisa mendapat suguhan live musik serta mendapatkan ilmu, sementara band luar tadi bisa survive secara ekonomi hehehehe… saling menguntungkan lah.

SID juga turut serta dalam sebuah album kompilasi berisi lagu anak-anak ciptaan AT. Mahmud, bagaimana sampai akhirnya SID ditawari proyek itu, dan mengapa kalian tertarik?
Jrx: Ooooh, album itu memang proyek Sony Music, label yang menaungi kami. Jadi yang masuk dalam kompilasi itu, tentu saja musisi-musisi yang berada di label terebut. Kami sangat selektif terhadap tawaran-tawaran dari label, nggak asal iyakan saja, kami pertimbangkan dulu, apakah selaras dengan visi SID. Setelah kami kaji, ternyata sesuai dengan visi kami. Kami pengen anak-anak di Indonesia itu menyanyikan lagu-lagu yang relevan dengan usia mereka.
Eka: Miris melihat anak-anak sekarang menyanyikan lagu-lagu yang tidak sesuai dengan mereka, jadi kami ingin album kompilasi ini menjadi panutan, bagaimana semestinya lagu-lagu yang sesuai dengan mereka.

Jika kita berbicara scene musik di Bali, maka yang akan muncul adalah nama Superman Is Dead, nama kalian begitu dominan, padahal sangat banyak band cutting edge keren lainnya berasal dari Bali. Menurut kalian, mengapa mereka tidak mendapatkan ekspos serupa?
Jrx: Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi itu ada alasannya. Kalo di kasusnya SID itu, banyak faktor X yang membantu. Waktu bom Bali pertama, semua mata dunia tertuju ke Bali dan SID namanya ikut terangkat juga karena waktu itu SID kebetulan sedang gencar-gencarnya membangun fanbase di luar Bali. Tapi semua itu balik lagi ke kita, apakah kita siap bergelut di industri musik. Kemarin sempat ada beberapa band Bali yang dikontrak label besar, hanya saja mungkin fakto ketidaksiapan mereka dan mungkin karena musiknya terlalu keras untuk dijual di pasar. Makanya SID bisa   seperti sekarang karena musik kita dibilang terlalu keras enggak, dan masih bisa dinikmati masyarakat biasa. Saya kasih contoh, Navicula, itu band yang sangat bagus, tapi mungkin liriknya terlalu berat dan musiknya terlalu keras, yang tentu saja menjadi pertimbangan bisnis sebuah label. Tapi itu dulu, saya pikir, di era internet seperti sekarang ini, kesuksesan band-band lain tinggal menunggu waktu.
Eka: Seperti kata Jrx tadi,banyak band bagus di Bali, tinggal bagaimana mereka menyiapkan mental dan menyiapkan konsep akan dibawa kemana band mereka.

Apakah mood mempengaruhi proses kreatif kalian dalam berkarya?
Eka: Kalo saya sendiri, mood adalah faktor yang sangat penting dalam proses kreatif menciptakan karya-karya SID. Kalo moodnya nda bagus, akan terjadi repeatation, sesuatu yang terus diulang-ulang, pada saat itu mungkin terlihat bagus, tapi di lain hari nggak bagus.

Setelah apa yang terjadi di negara ini, apakah kalian masih bangga menjadi bangsa Indonesia?
Jrx: Bangga. Pastinya bangga menjadi warga negara Indonesia, tapi memiliki pemerintah seperti sekarang ini lah yang bikin saya tidak bangga, hahahahaha… terlalu banyak kemunafikan di negara ini, mengagung-agungkan surga padahal kelakuannya kayak setan.
Eka: Terlalu banyak berpura-pura, berpura-pura menjadi orang baik.


Sumber  :  FakhruoutSIDers

Video Clip DEVILDICE - Diamonds Are Forever

Setelah lama ditunggu akhirnya datang juga, video clip Diamonds Are Forever nya Devildice.
Launching at Twice Bar Senin, 2 Juli 2012.

Title : Diamonds Are Forever
Artist : DEVILDICE
Directed by : Erick EST
Support by : ATTICUS INDO


Silakan menikmati Video Clipnya :)



 Silahkan download videonya dengan menggunakan IDM



Sumber : FakhruoutSIDers



Video Clip Rebellion Rose - Bermalam Bintang feat Ika Zidane

OiOi Apa Kabar Comrades???
Jangan lupa check video klip terbaru REBELLIONROSE - BERMALAM BINTANG feat. HAVINHELL
Launching at Carebian Cafe,YK ------ Jumat, 13 Juli 2012.
Title : Bermalam Bintang
Artist : Rebellion Rose feat Ika Zidane (Havinhell)
Album : For All Allies,Comrades,And Enemies
Directed by : Eno Apriano
D.O.P : Risang Bellamy
Support by : Carbell Production, Prisoner, Sekar Art Production, And All Comrades.
Starring:
Sinner, Roman, Kmx, King, Zidane Havinhell, Abdul Rawk and all Comrades Central Java, Comrades Jogjakarta, Comrade Klaten, Comrade Handayani, Comrade Magelang, Comrade Purworejo, Comrade Pekalongan, Comrade Bekasi, Comrade Bersatu and all Comrades Indonesia with all Outsiders and Lady rose
Salute......... Longlive Comrades....

Silakan menikmati Video Clipnya :)


Didedikasikan untuk semua pengembara malam yang setia dengan ganasnya jalanan, lagu gembira bertameng gitar bolong, berpeluru anggur dan bernafaskan kalian saudara,, mari rayakan kemenangan ini comrades........
Tolong bantuan untuk sharenya Comrades, selamat berbulan puasa bagi yg menjalaninya dan selamat bermalam bintang bersama....
Longlive Comrades Salute...!!!!!
Silahkan download videonya dengan menggunakan IDM

Facebook Pages:
http://www.facebook.com/pages/REBELLION-ROSE-oldskullpunxrock/229975485728



30 Jun 2012

SID: Kami Lahir untuk Melawan Penyeragaman

"Kita besar di lingkungan yang mendukung keberagaman."

Meski sudah lama terlibat dalam gerakan-gerakan yang menyuarakan indahnya perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia, namun baru belakangan ini Superman Is Dead terlihat sangat tanggap dan lebih serius dalam mendukung gerakan-gerakan tersebut seperti salah satunya #BedaIsMe yang menyuarakan tentang keadilan hak asasi manusia dan mempertahankan keberagaman yang ada di tanah air.

"Sekarang kita lihat banyaknya informasi yang ada di media lebih banyak. Kenapa kita tanggap, kita merasa ini sudah tidak sesuai dengan sesuatu yang ideal terhadap sebuah bangsa yang majemuk.
Alasan menyuarakan ini bukan karena disengaja tapi karena terlahir untuk melawan penyeragaman, kita besar dalam lingkup di Bali yang sempit itu untuk mencoba menghargai manusia tanpa melihat agama, tanpa melihat cara dia beragama," tutur Jerinx selaku penabuh drum grup Superman Is Dead saat ditemui di tengah-tengah acara Malam Puncak #BedaIsMe di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta Minggu malam (10/6).

Meski peduli dengan keadaan yang terjadi belakangan ini dan coba memperjuangkan ketidakadilan lewat musik mereka, Jerinx mengaku tak keseluruhan lagunya berbicara tentang perbedaan.

"Karena kita kan juga manusia dan manusia punya banyak sisi hidup bukan cuma perihal kesengsaraan dan segala macam. Tapi kalau ditanya apa kita punya komitmen, ya kita punya," papar Jerinx

"Kita besar di lingkungan yang mendukung keberagaman. Dan kalau kita menyerah sama kekerasan yang mengatasnamakan agama itu berarti kita sudah tidak menghargai diri kita sendiri juga," pungkas Jerinx.

Penulis: Yanuar Rahman/Teddy Kurniawan

Mengintip Kemerdekaan

Aku mengutip ucapan Jerinx SID saat konser Beda Is Me, Minggu lalu di Taman Ismail Marzuki. Kutipan ini diucapkan di depan ribuan Outsiders dan Lady Rose (sebutan untuk penggemar mereka). JRX, Bobby dan Eka banyak berbicara tentang kebhinekaan malam itu.

Diantara begitu banyak pernyataan kritis terhadap republik, kutipan ‘mengintip kemerdekaan’ sangat menarik buatku. Tidak hanya menarik, kutipan ini buatku dalam, menyentuh dan penuh makna. Setidaknya, ucapan ini membuatku berpikir sepanjang perjalanan pulang di dalam taksi yang kutumpangi.

Ucapan ini JRX ucapkan di tengah konser yg sesekali tensinya meninggi. Tidak sampai kerusuhan memang. Tapi senggolan beberapa penonton sempat membuat personel SID sibuk memberitahu tahu penggemarnya untuk tidak memancing keributan. Tentu konser tentang keberagaman, dan juga anti kekerasan dinodai ulah segelintir orang yang memancing di air keruh. Tidak semua yang datang ke acara itu punya niat baik. Itu menurutku. Selebihnya konser Beda Is Me, yang digagas Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama, diisi oleh Marjinal dan Jogja Hip Hop Foundation berlangsung lancar jaya.

Sebagai band dengan lebih dari tiga penggemar di jejaring sosial, yang bisa jadi pada realitanya jumlah jauh dari itu, fans SID terdiri dari banyak karakter. Penggemarnya, mungkin saja beririsan dengan penggemar Slank atau Orang Indonesia-nya Iwan Fals. Mereka mungkin banyak datang dari remaja, pencari jati diri tapi kerap berasal dari mereka yang terpinggirkan. Generasi yang mudah marah tapi tak tahu berbuat harus berbuat apa untuk republik. Tak heran ketika band punk Marjinal bernyanyi, ribuan penonton bernyanyi bersemangat tentang lagu yang berisi perlawanan terhadap kemapanan. Aku merinding dibuatnya.

Baiklah, kembali pada topik yang ingin aku bicarakan: mengintip kemerdekaan. Aku tidak ingat detail apa yang diucapkan JRX pada malam itu. Tetapi aku menangkap maknanya, isilah kemerdekaan dengan hal-hal sederhana. Hal-hal kecil yang bisa dimulai dari diri sendiri sebelum ingin mengubah orang lain. Aku ingat JRX sempat berucap, banyak orang yang saling berebutan mengintip kemerdekaan dari celah yang amat sempit. Aku dibuat berpikir oleh pernyataan ini. Apalagi ketika “Kita hadir di sini untuk merayakan keberagaman,” kata JRX.

Di Indonesia, kemerdekaan bukan kata mati. Dia menjadi awal sekaligus ujung. Berakhirnya perjuangan sekaligus mulainya babak kehidupan baru negeri bernama Indonesia. Kemerdekaan adalah awal dari kebebebasan. Melakukan kehendak tanpa takut tekanan pihak lain. Tetapi apakah kemerdekaan seindah itu? Entahlah.

Tapi aku sering merasakan ini. Kemerdekaan menjadi kata sarat makna tapi terdistorsi oleh perilaku sebagian dari kita.

Waktu kecil, aku menganggap kemerdekaan hanya sekadar lomba lari karung, makan krupuk hingga panjat pinang. Kemerdekaan ada keriuhan. Kemerdekaan adalah kesenangan sebab aku menjadi libur karenanya. Kemerdekaan adalah melihat kakak-kakak baris berbaris, mengikuti lomba gerak jalan sejauh belasan kilometer. Pemahamanku, kala itu, tentang kemerdekaan hanya sebatas itu. Sederhana. Kemerdekaan adalah kombinasi kesenangan, keceriaan dan kebebasan dalam satu waktu. Siapa sih yang tidak senang dengan kemerdekaan?

Tapi, kemerdekaan tidak seindah apa yang aku pikirkan waktu kecil.

Saat melawan penjajahan, kemerdekaan tentu saja ditebus dengan harga yang teramat mahal. Nyawa, harta dan airmata. Kini, untuk merayakannya, kemerdekaan juga dibayar dengan harga yang sama dalam konteks yang berbeda. Setidaknya bagi mereka yang tidak pernah bebas untuk mengungkapkan ekspresinya.

Bagi Soekarno, kemerdekaan adalah jembatan emas. Jembatan yang bisa mengantarkan anak-anaknya menyeberang ke dunia yang berbeda. Dunia yang tidak hanya adil tetapi juga makmur. Mungkin Soekarno benar. Dia percaya diri, kemerdekaan adalah jalan menuju hidup yang lebih baik.

Tapi hari ini, Soekarno mungkin juga keliru. Kemerdekaan tidak seindah puja-puja.

Bagi sebagian orang, kemerdekaan tetap menjadi ruang kecil, gelap dan pengap dan hanya menyisakan sedikit celah untuk dinikmati. Di Banten misalnya. Kemerdekaan adalah bukan sebuah jembatan emas. Di sana, kemerdekaan adalah jembatan kayu lapuk sesungguhnya ketika bocah-bocah bertaruh menyawa untuk menikmati pendidikan. Tentu saja kita sudah melihat foto yang menghebohkan ini.

Kemerdekaan berada di sisi yang berbeda dari mereka yang termarjinalkan. Terpinggirkan oleh ego dan nafsu berkuasa. Dipisahkan sekat tipis, namun gelap dan tak terjangkau. Terlihat sekilas lewat layar kaca tapi pahit dalam realita. Dia berada di seberang jalan, dipisahkan ego mayoritas yang dipaksakan. Bagi orang-orang ini, kemerdekaan adalah sebuah utopia. Mimpi tanpa makna.

Kamar gelap kemerdekaan menyediakan sedikit lubang sempit. Berebut dan tak ragu saling sikut untuk mengintip gemerlap di luar sana. Mereka hidup berdampingan dalam pengap. Gerah dan mungkin saja meledak tak terkira ketika kemuakan sudah mencapai puncak kepala.

Lihat saja, di negara merdeka, keyakinan atas Tuhan di atas segalanya. Manusia bisa ditindas hanya karena orientasi seksual yang berbeda. Saudara bisa ditebas hanya karena cara beribadah yang tak sama. Gereja bisa disegel atas nama tirani mayoritas yang dibanggakan. Teman dijagal hanya karena dianggap menghina agama. Saudara kita ditembak hanya karena ingin merdeka di Papua.

Mereka, bagi saya, adalah penikmat kemerdekaan dari sisi gelap itu. Mengintip kemerdekaan dari lubang sempit, berdebu lalu mati pelan-pelan. Kita muak atas semua itu, kita melawan tapi tak mampu mengalahkannya.

Negara yang seharusnya menjaga kita, membiarkan pembantaian entah sebab apa. Negara diam (atau bungkam) dan penindasan merajalela. Perbedaan kita nikmati dalam ketakutan atau menjadi kutukan, aku bahkan tidak bisa bedakan. Perbedaan bukan dianggap kekayaan untuk menumbuhkan kebersamaan juga persaudaraan.

Entahlah. Aku tidak mengerti, apakah sebenarnya bangsa ini siap hidup dengan perbedaan..


Sumber   :  Agus Lenyot

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes