Pria bertubuh kekar asal Bali ini dikenal dengan aksinya yang berani
dalam menyuarakan perlawanan dan perubahan lewat lirik – lirik lagu
yang ia ciptakan. Kontribusi nyata yang ia wujudkan lewat berbagai macam
aksi penyelamatan lingkungan, mulai menarik perhatian sebagian besar
masyarakat dan media. Beberapa prestasi membanggakan juga telah diraih bersama dengan band yang dibangunnya, diantaranya meraih
Double Platinum untuk album
Kuta Rock City,
dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, ia bersama bandnya juga pernah
mewakili Asia dalam ajang festival musik terbesar di Amerika “
Vans Warped Tour “ pada tahun 2009.
Dia adalah I Gede Ari Astina atau lebih dikenal dengan Jerinx ,
pemain drum dari band Punk Rock asal Bali yang bernama Superman Is
Dead. Jerinx memulai karirnya bersama SID pada tahun 1995, bersama
dengan I Made Budi Sartika (Bobby Kool) pada gitar dan vokal, dan I Made Eka Arsana (Eka Rock)
pada bass. Awal mula ia memilih genre Punk Rock adalah karena ia merasa
kemampuan bermusik yang ia miliki pas-pasan, sehingga akan sulit jika
memainkan genre musik metal atau yang lainnya. “Kami memilih memainkan
Punk Rock karena skill kami pas-pasan, kami hanya menang muka ganteng saja,” ungkap Jerinx seraya bercanda kepada Tim Liputan Majalah Excellent saat ditemui di Sukabumi, Jawa Barat.
Berawal Dari Hobby Menggambar
Selain disibukkan oleh kegiatannya sebagai musisi, ternyata sisi lain
hatinya juga memiliki jiwa bisnis. Jerinx selalu berangan ingin membuat
sebuah usaha clothing dimana ia akan menumpahkan segala
imajinasi desain dan ketertarikannya terhadap dunia fashion terutama
yang bertemakan perlawanan dan juga memberikan kontribusireal
dari arti perlawanan itu sendiri. “Saya sangat suka menggambar dan saya
ingin hasil karya saya ada didalam pakaian,” ujar Jerinx. Bersama
dengan seorang rekannya, akhirnya Jerinx mendirikan usaha clothingnya sendiri di Bali yang bernama Lonely King di tahun 2005.
Sempat Terjatuh dan Menyerah
Dua tahun bisnis clothingnya berjalan, namun tak juga
menghasilkan keuntungan. Jerinx pun merasa bingung dan memutar
pikirannya agar bisnis yang ia bangun ini dapat bergerak ke arah yang
lebih baik. Tak kunjung mendapatkan ide dan jalan keluar, akhirnya
Jerinx masuk ke titik dimana ia akan menyerah. “Mungkin clothing
bukan dunia saya, lebih baik saya mundur saja dan fokus kepada karir
bermusik saya,” pungkasnya. Jerinx juga menambahkan bahwa salah satu
faktor kegagalannya adalah karena memang ia tidak mempunyai pengalaman
di bisnis pakaian, sehingga semuanya jadi terbengkalai.
Suatu ketika ia bertemu dan mengobrol dengan salah satu sahabatnya yang bernama Adi yang jugaBasist
dari Group Band Rockabilly asal Bali yang bernama The Hydrant, ia
memiliki hobby yang sama dengan Jerinx yaitu mendesain gambar. Adi
memiliki sebuah clothing kecil-kecilan milik sendiri yang bernama Rumble
dan Jerinx sering melihat beberapa desain baju milik Adi di akun
facebooknya.
Beberapa kali bertemu dan berbincang dengan Adi, Jerinx merasa dirinya
dengan Adi mempunyai satu visi yang sama. Jerinx menyukai arah/ kiblat
seni yang dimiliki oleh Adi. Dari situlah Jerinx merasa saat itulah ia
akan memulai kembali bisnis clothing yang pernah gagal ia
jalani sebelumnya. “Satu hal yang paling penting adalah kami mempunyai
satu visi yang sama, yaitu memberikan kontribusi atas perubahan dan
perlawanan yang kami suarakan lewat jalur bisnis clothing,” Tegas Jerinx. Akhirnya Jerinx dan Adi resmi bersama membangun Rumble menjadi suatu bisnis clothing yang serius.
Filosofi dari Rumble sendiri adalah sesuatu yang dapat menggelegarkan
perlawanan dan perubahan, artinya ketika Rumble datang, maka saat itu
akan ada perubahan. Jika dilihat dari segi desain, produk Rumble lebih
berkiblat pada nuansa Custom Culture, Punk Rock, Rockabilly, Californian Skate, Hoad Roader, Classic Vintage, dan terkadang ada sentuhan Hip Hop, secara estetika itulah unsur yang ada di produk Rumble. Jika dilirik dari sudut pandang Value,
Rumble memiliki sebuah program kemanusiaan yang bernama Eco Defender.
Bentuk real dari Eco Defender di Bali adalah bekerja sama dengan LSM
yang melakukan gerakan independent yang melawan kebijakan-kebijakan
penguasa yang berpotensi melukai alam, seperti contoh jika di Bali
Rumble bekerjasama dengan Walhi Bali. Jadi dari setiap item yang terjual
di Rumble, sebanyak Rp 2.000,- akan disumbangkan untuk mendukung
pergerakan mereka.
Rumble juga memiliki satu produk khusus yang berupa Pomade/ minyak
rambut, dimana semua bahan yang digunakan untuk membuatnya dihasilkan
oleh petani lokal dan dibuat di Bali. “Kami memperlakukan petani lokal
tidak seperti tengkulak, jadi kami membeli bahan dari mereka dengan
harga yang masuk akal dan tidak menekan,” tambahnya. Jerinx menambahkan
bahwa hasil dari penjualan 1 kaleng minyak rambut ini disumbangkan
sebesar Rp 4.000,- untuk membantu pergerakan Walhi Bali.
Tak Hanya Menjual Produk, Tapi Juga Edukasi
Dalam upaya mengembangkan bidang usahanya, Jerinx mengalami sedikit
kendala perihal persaingan harga yang akan ia terapkan pada produknya.
“Kita semua tahu, pusat Garment di Indonesia adalah di Bandung. Disana
kita bisa mendapatkan barang bagus dengan harga yang murah, jadi ketika
produk yang dihasilkan di Bali mencoba bersaing dengan produk yang
dihasilkan di Bandung, otomatis dari segi harga kita tidak akan bisa
bersaing. Harga produk yang dihasilkan di Bali akan menjadi sedikit
lebih mahal, baik karena faktor pengiriman dan sebagainya, namun dari
segi kualitas kami berani bersaing dengan yang lain,” ujar Jerinx. Ia
berharap agar pengusaha garment dimanapun dapat memperluas area
usahanya, jangan berpusat di satu kota saja. Masih banyak anak muda
dikota lain yang berkeinginan untuk menciptakan suatu brand mereka
sendiri, dan mereka perlu di fasilitasi untuk itu.
Namun dengan keadaan tersebut, Rumble beruntung masih memiliki konsumen
yang memiliki loyalitas tinggi terhadap produk-produknya. Buat mereka
yang memahami secara benar esensi dari produk Rumble, bukanlah suatu
masalah mengeluarkan uang sedikit lebih banyak. “Seperti contoh kami
membuat pomade dan dijual dengan harga Rp 150.000,- yang termasuk dalam
kategori harga yang cukup mahal, namun tetap dicari oleh para konsumen
loyal kami. Karena mereka mengerti dibalik itu semua ada misi yang
sedang dijalankan. Selain itu seperti yang sudah saya jelaskan tadi,
kami membeli bahan 100% organik dari petani lokal dengan tidak menekan
dan masuk akal, sehingga harga pomade kami otomatis menjadi sedikit
lebih mahal, namun itu bukanlah masalah buat mereka yang mengerti secara
benar,” tambah Jerinx.
Itulah pesan yang ingin Jerinx sampaikan kepada masyarakat luas, bahwa
Rumble tidak hanya menjual produk tetapi juga ada edukasi danknowledge
didalamnya, dan ia ingin agar hal semacam ini menular kepada pengusaha
lainnya. Jerinx berharap dengan adanya Rumble, akan menanamkan pemikiran
bahwa jika seseorang memakai produk Rumble maka tidak hanya sekedar
untuk bergaya, namun juga ikut berkontribusi yang nyata terhadap
keadilan alam dan manusia.
Jerinx memberikan pesan kepada Sahabat Excellent, “jangan terlalu cepat
percaya media, jangan terlalu mudah mengikuti isu isu yang belum jelas,
harus tetap berfikir kritis dan pertajam nalar. Selalu berfikir positif
bahwa perubahan untuk kebaikan itu pasti akan terjadi sesulit apapun
halangan yang ada. Bisnis itu tidak selalu identik dengan keuntungan,
tetapi harus ada passion, hati nurani, dan sesuatu yang lebih besar daripada uang yang hendak diraih.” (DR)
Sumber :
http://www.majalahexcellent.com/