24 Mei 2012

Superman Is Dead Tebar Racun untuk Anak-Anak

SURABAYA | SURYA Online - Superman Is Dead (SID) nyanyi lagu anak? Itulah yang belakangan dilakukan Bobby Kool (gitar dan vokal), Eka Rock (bas), dan Jerinx (drum) di sejumlah panggung yang mereka isi.

Dan lagu andalan mereka adalah Aku Anak Indonesia-nya AT Mahmud, pencipta lagu anak-anak legendaris. “Terus terang kami sudah lama ingin membawakan lagu anak-anak. Bisa dibilang kami cemas melihat anak-anak Indonesia menyanyikan lagu-lagu dengan lirik dewasa. Tidak relevan dengan kehidupan mereka sebagai anak-anak, kok anak kecil menyanyikan lagu tentang selingkuh?” cetus Jerinx saat ditemui sebelum pentas di Surabaya pekan silam.

Lewat lagu tersebut, trio punk rock asal Bali ini ingin memberi kontribusi bagi anak-anak untuk lebih mencintai lagu yang sesuai dengan usia mereka.

Walaupun lagu Aku Anak Indonesia dipilih oleh label rekaman, menurut SID lagu tersebut sangat sesuai dengan karakter mereka. Pasalnya, Aku Anak Indonesia diaransemen dengan musik khas SID.

Personel SID meracik lagu ini dalam tempo cepat lengkap dengan sahut-sahutan vokal ala mars. Sentuhan punk yang diramu lagi dengan tempo mars pada drum menjadikan lagu Aku Anak Indonesia terasa lebih bersemangat dibandingkan versi pertamanya yang pernah dipopulerkan Tasya ketika masih kanak-kanak.

"Pas dikasih lagunya yang versi Tasya, kaget juga, karena ada nuansa orkestranya. Akhirnya, kami aransemen dengan cakupan yang lebih luas, supaya kalau kami manggung, semuanya bisa nyanyi bareng," jelas Bobby.

"Kebetulan ini versinya pas, diaransemen oleh Bobby. Jadinya malah mirip lagu bola," imbuh Jerinx.

SID tak sendiri dalam pengerjaan proyek yang digarap Sony Music ini. Di album kompilasi tersebut juga ada musisi dan penyanyi lain yang semuanya berada di bawah naungan Sony. Mereka membawakan lagu AT Mahmud dengan karakteristik masing-masing.

Seperti misalnya The Changcuters yang menyanyikan lagu Libur Telah Tiba, Numata (Amelia), SHE (Paman Datang), Cokelat (Mendaki Gunung), Judika (Kereta Apiku), /rif (Anak Gembala), Tangga (Bintang Kejora). Selain itu masih ada (Pelangi),  Sheila On 7 (Ambilkan Bulan), dan Astrid SartiasariLana Nitibaskara, penyanyi pendatang baru yang juga membawakan Ambilkan Bulan.

Diharapkan hadirnya album kompilasi ini bisa membangkitkan kembali lagu-lagu anak yang selama ini mati suri. Dengan dinyanyikannya lagu anak oleh idola mereka, semoga bisa menimbulkan rasa cinta anak terhadap lagu-lagu yang disegmentasikan untuk mereka.

Lagu ini merupakan ajakan positif untuk berbangga sebagai anak Indonesia dan bersatu di atas keragaman. "Ini adalah 'racun' baik yang ampuh ditiupkan dalam jiwa anak-anak muda saat ini," ujar Eka.

Diluncurkannya lagu anak-anak ini sebagai bentuk kepedulian terhadap tembang anak-anak Indonesia. SID sendiri merasa bangga bisa ikut dalam project ini. "Kami menghimbau kepada semua lapisan masyarakat untuk bersama mempopulerkan kembali lagu anak," ucap Bobby.

Almarhum AT Mahmud adalah ikon dalam dunia musik anak-anak Indonesia. Lebih dari 900 karyanya terbentang dalam khasanah musik Tanah Air dan menjadi lagu-lagu yang pertama kali dikenal anak-anak Indonesia saat mereka mulai dapat bernyanyi.

Menurut AT Mahmud, musik untuk anak-anak seharusnya tidak sekedar menghibur, tetapi juga harus mengandung nilai-nilai cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap sesama, dan cinta pada alam. Melalui musik juga, anak-anak diajak berimajinasi dalam dunia yang penuh warna dan ceria.  Aspirasi mulia AT Mahmud inilah yang ingin diteruskan sehingga anak-anak tidak kehilangan jati dirinya dengan memberikan lagu yang sesuai dengan usia mereka.
Sumber : Surya Online

Superman Is Dead For Kids

Tiga jagoan rebel ini akan kembali mengeluarkan amunisi terbarunya. No about sex, drugs or alcohol! Tapi amunisi yang siap mencerdaskan anak bangsa dan akan mengembalikan lagu anak-anak kembali ke koridornya yang benar. Yup, Bobby Kool, Eka Rock and Mr. Jerinx akan menggabungkan bandnya kedalam proyek kompilasi album Ambilkan Bulan/kumpulan ciptaan lagu A. T Mahmud, dimana akan ada 11 penyanyi dan band dari Sony Music Entertainment yang turut pula berkontribusi. Bagaimana bisa sang cadas mau membawakan tembang nostalgia jaman ingusan?

Climagz : Hay, baru aja kemarin Climagz dapet kiriman press release mengenai kompilasi Ambilkan Bulan ciptaan A. T Mahmud. Kok bisa SID terlibat?

Eka : Benernya sih ini permintaan dari pihak label. Menurut mereka band kami punya spirit yang klik dengan salah satu lagu yang dimasukkan didalam album kompilasi.

Kalian langsung mengiyakan?
Bobby : So, pasti. Apalagi proyek ini bukan sekedar proyek musik biasa. Ada misi eksplisit yang dibawa.

Misi apa kalau boleh tau? Dari kalian pribadi.
Eka : Sebenarnya misi kami juga sepaham dengan proyek dari label dan salah satu bank nasional ini. Intinya kami tuh mau menjadi trigger para penyanyi cilik di negri ini agar bangkit lagi dan mau menciptakan lagu sendiri. Kita semua tau lah, ada yang salah dengan sinkronisasi musik sekarang ini dengan anak-anak. Meski kami band punk, kami juga nggak tahan denger anak kecil nyanyiin lagu selingkuh, ckckckck.
Bobby : Sekaligus kita semua mau mengingatkan industri agar mereka kembali melirik pasar musik anak-anak yang sudah bertahun-tahun ini lenyap total. Parah!

Jadi bukan karena desakan label kan? Murni dari SID dong.
Eka : Hahahaha, itu pasti. Kita juga bukan tipe band yang mudah disetir oleh apapun termasuk industri. Tapi kalau ada tawaran yang menurut kami sesuai dan bagus ya kenapa nggak.

Kalau boleh tau lagu apa yang bakal kalian cover nanti?
Eka : Lagu yang judulnya “Aku Anak Indonesia” yang dulu dibawain Tasya. Kita juga sempet agak aneh awalnya disodorin lagu ini. Tapi ternyata spiritnya memang lebih mantap kalau dibawakan sama SID.

Eh, tapi di album Angels and The Outsiders bukannya tema lirik kalian udah condong ke nuansa anak-anak ya?
Eka : Yup, tepatnya di 1st single kita “Kuat Kita Bersinar”. Disitu lirik sama video klipnya jelas-jelas kita tujukan untuk anak Indonesia.
Bobby : Kita udah lama banget pengen mewujudkan misi ini. Kita juga care lo dengan musik anak-anak, hahaha.

Climagz : Apa kalian nggak ngerasa aneh, band punk tapi nge-cover dan aransemen ulang lagu anak-anak, memang segmen album ini untuk siapa?
Bobby : Hahaha, ya nggak lah. Justru inilah spirit pembaruan. Kalau bukan kita siapa lagi. Jadi album kompilasi ini juga ditujukan untuk semua kalangan dan mengingatkan bahwa musik anak-anak tuh pernah jaya dan kita nggak cuma me-reminder aja, kita juga secara nggak langsung memicu pelaku industri dan pemusik agar kembali melakukan kontribusi terhadap musik anak-anak modern ini.

Climagz : Apakah karena Rancid atau Social Distortion, band favorit kalian dulunya pernah melakukan hal serupa sehingga menginspirasi kalian untuk menjayakan kembali musik anak-anak dan charity?
Bobby : Oh, nggak kok. Semua ini pure dari kami sendiri berdasar kepekaan kami aja. Buka karena band atau musisi lain.

Climagz : Ada kesan tersendiri ketika membawakan lagu era anak-anak ini? Atau teringat pada masa kecil kalian?
Eka : Ya, cukup mampu membawa kami ke masa-masa innocent dulu. Di kampung menghitamkan kulit dengan layangan, bersepeda dan lain-lain. Sekarang sih anak kecil udah pada ngutak-atik itu tuh (nunjuk BB).
Bobby : Yup, kalau dulu masih permainan fisik yang jadi primadona. Sekarang udah serba digital. Nggak tau deh pabrik gundu gimana kabarnya, hahaha.

Climagz : Oke, semoga misi kalian benar-benar sukses dan mewabah ke musisi lain. Capek kali dengerin anak TK nyanyiian lagu cinta.
Eka : Yup, sama-sama.
Bobby : Makasih juga atas doanya.


Sumber : Fakhruoutsiders.blogspot.com


18 Mei 2012

Download Lagu Havinhell - GoodBye (cover Air Supply)


Kali ini Havinhell mau bagi-bagi 1 lagu cover Air Supply yang bertitle GoodBye. Lagu ini nantinya bakal ada di album SuperFighter Havinhell... tapi kali ini kami kurangi kualitasnya kawan.. untuk kualitas bagusnya akan ada di album nanti.
selamat mendownload dan sebarkan :)
jangan lupa order merch dan albumnya ya di 085743212182



Download lagunya from Mediafire
Havinhell - Goodbye cover Air Supply



Sumber : Havinhell Official Website

Lirik Lagu Havinhell

I Don't Care

Intro :
E – B – A – Cis – b
E – B – Cis – B – A

E          Gis  A       Bb
I don’t care, you can burn yourself

E              Gis        
And still I say I don’t care

A           Bb
Pathetic that what you are


Go Fighting

Intro : D – G – A D- B- A ( 2X)

       D                B            E         A    
Tak perlu kau sesali semua yg telah terjadi

Fis     B               E           A
Jalanilah yg ada ,di hadapanmu kini’

D               B              E                A
Tersenyumlah selalu menatap indahnya langitmu

Fis        B                     E                    A
Warnailah langkahmu dengan canda tawamu

G                             A
Dan semuaa…. Kan ikut bernyanyi

D              B                      E          A
Kan kunikmati hidupku .. apapun yg kualami

D            B
Pasti kan aku hadapi

E           A
Apapun yg kan terjadi

D          B
Takkan pernah kusesali

E             A
Apa yang jadi takdirku

Fis            B                        E       A
Walaupun tak slalu indah    akan tetap kujalani

E- G – B – A (4X) D



Kawan vs Lawan

Intro : E – A – Gis – Fis – B (2X)

E                      C#m
Ku tak percaya,ini bisa terjadi

A                           B
Seorang teman yg sangat kupercayai

E                          C#m
Dan tak kusangka,dia berdusta

A                              B
Merubah segala cerita yg membuatku tersingkir

A       B           Gis           C#m
Smua tertipu , dengan bualannya

A                  B                        E
Dan semuanya menjauh dariku

A              B
Hingga kini ..

Gis          C#m             A
Ku tak tau sebabnya..

B
Semua yg terjadi kurasa..

E        A
Aneh memang aneh

Fis  B
Tapi ini nyata

E            A
Manusia tak punya hati

Fis              B
Dan tak tau trima kasih

E Gis A E Cis B A B

E Fis A Gis Fis Gis B



Rise Together

E
Hey , rise together

                                                 Gis - A
Tersenyum sombong menatap angin

Berteriak lantang

E                                                                   Gis - A
Dan terus ingat pertualangan yang telah kita bagi

Berteriak lantang

Fis                            B
Melakukan hal yang tak berguna

        Cis           B            A
Mereka pikir kita tidak ada

Fis                               B
Lupakan mereka, mari teruskan jalan kita

E       A            Cis             B
Selama kita tetap bersama kawan

E         A          Cis            B
Apapun itu dapat kita lawan

   Cis                C            B                          Bb                A
Jalani hidup seperti sebuah tantangan dan tetap tersenyum

                  B                          E
Karena ku memilikimu kawan

Cis    Dis          E
Mereka pikir hidup kita sia-sia

Cis    Dis          A
Melakukan hal yang tak berguna

Cis    Dis          E
Mereka piker kita tidak ada

Fis                                 B
Lupakan mereka  mari teruskan jalan kita




Light Prince

Intro : C – am – F – G

C            
This song .. I sing for you

Am                                              F               G               C             
Trough this song... I can explain all as long as I ever hide

C
Listen to me just a minute

Am
I want look at you with others ,

F                         G                       C
Coz without you , Im not mean for you

F             
U'r beauty makes me crazy, close all of eyes

C
And remember ur laugh..

F
So beautiful colors that u had ray to me

G
Make my dreams to be real (2x)

F                G   C              Am
You lighting me...like a firefly

F                                  G                            C
Heaven of world that I fell so bright and beauty

F                G     
Altough you not beside me..

C                   Am
You still give u'r shinny sun

F                       G                   C
My light prince, I hope you realize....






Pak Satpam


A – B – E – Cis

A – B – Gis – Cis – A – B – E – Dis – E

E
Pak satpam (2x)

A                   B
Bantulah diriku..

A                     B                   E
Mencari anjingku yg hilang dari rumahku

A                B               E              Cis
Aku tak tau entah kemana dia pergi..

Fis                 B                      E – B  - E
Dia bermain tapi tak kembali kerumahku

F
Pak satpam (2x)

B                        Cis
Bantuku mencarinya

B                           Cis                  F
Dia besar , gagah , dan berwarna hitam berkilau

B                    Cis Ais                     Dis
Matanya bersinar layaknya sang bulan

B                       Cis                    Fis – Cis - Fis
Yang menerangi malam bersama bintang-bintang

B        Cis
Huuuu huuuuu

Ais              Dis
Ku sedih sekali..

B                          Cis             Fis
Dia mungkin tersesat dan tak tau jalan pulang

B             Cis        Ais             Dis
Jika nanti kau...    temukan dirinya

B                            Cis           Fis
Cepat  tangkap dan lekas bawalah dia padaku.


SEBELAS TAHUN MARJINAL

Pada bulan Desember 2007 yang lalu, Marjinal bermain musik pada gelaran pameran bertajuk Ibumi – ibu bumi, di sculpture park Garuda Wisnu Kencana, Jimbaran, Bali. Pameran yang melibatkan seniman dari Bali, Yogyakarta dan Bandung itu adalah rangkaian gelaran kesenian yang bertepatan dengan Konferensi Perubahan Iklim (Climate Change Conference),yang melibatkan sebanyak 189 negara anggota PBB yang konsen terhadap lingkungan.

Dipilihnya Bali sebagai tempat konferensi tersebut karena Bali dipandang memiliki konsep hidup untuk mencintai lingkungan, melalui “Tri Hita Karana”, hubungan harmonis dengan lingkungan, antarmanusia dan Tuhan. Dengan gitar dan jimbe yang ditabuh rampak, Mike dan Bob menyanyikan Hukum Rimba, Negri Ngeri, Marsinah, dll. Marjinal cukup membetot perhatian hadirin.

“Baru kali ini kita main di acara pameran, di depan seniman,” ujar Bob seusai bermain musik.
Kemudia dia dan Mike bersama para seniman berjalan sejauh duaratus meter menuju tanah lapang yang dipeluk bukit-bukit kapur Jimbaran. Di sana, para seniman dan siswa-siswa dari sekolah-sekolah di Jimbaran, menanam ratusan bibit pohon damar.

Marjinal berkesempatan pula berkolaborasi dengan sekeha gong Banjar Ungasan-Jimbaran, yang memainkan gambelan Bali. Mike dan Bob menabuh jimbe bersahut-sahutan dengan suara kendang, kencreng dan gong. Suasana semakin hangat. Gerimis pun urung turun di bukit-bukit Jimbaran.
Di tempat yang lain, di Nusa Dua, para pemimpin dunia sedang mengadakan konfrensi. Pemanasan bumi (global warming), menjadi topik utama. “Ini momen kita menyuarakan kepada dunia, perlu ada sistem yang baru untuk menyelamatkan bumi dari emisi gas rumah kaca. Amerika harus mendengar jeritan umat manusia. Indonesia jangan sampai cuma ketiban malapetaka akibat nafsu buta industri mereka,” kata Mike kepada para seniman.

Pelbagai bencana alam di Indonesia, menurut Mike, adalah akibat dari sistem yang yang mengedepankan ketamakan manusia. Pohon ditebang. Terumbu karang hancur. Tanah longsor. Banjir, dll.
“Gue ingat kampug kita, jadi langganan banjir,” celetuk Bob.
Dalam perjalanan kembali ke Jakarta, para seniman berkesempatan berziarah di desa-desa yang tertelan lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Matahari bersinar sangar. Panas menyengat. Kubah sebuah mushola nampak menyembul. Di sudut lain nampak pucuk atap-atap rumah. “Di sana pabrik tempat Marsinah bekerja,” ujar seorang tukang ojek, telunjuknya mengarah pada atap seng yang sedikit menyembul di padang lumpur panas. Asap masih mengepul. Marjinal menyenandungkan Marsinah, sebuah ode untuk buruh perempuan yang mati memperjuangkan hak-hak buruh itu.

Tiba-tiba seorang mahasiswa Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, yang mempunyai masa kanak-kanak di sebuah desa yang kini tertelan lumpur panas, spontan membuka busana. Mulutnya menggumamkan lata-kata, mungkin mantra. Ia ingin menggelar performance art. Tapi dengan sigap dicegah aparat yang membopongnya menjauhi lumpur panas. Asap lumpur masih mengepul. Sang seniman histeris. Meradang. Menerjang. Para seniman yang lain menenangkan.
Rombongan melanjutkan perjalanan.

Di Yogyakarta, Bob dan Mike berkolaborasi dengan pelukis Dipo Andi. Mereka menuangkan perjalanan ziarah ke lumpur panas Lapindo dalam sebuah lukisan. Bob melukis wujud tengkorak berdasi. Dipo Andi membuat sapuan bidang dan garis lalu membubuhkan tulisan BAH NERAKA. Mike menuliskan lirik lagu Luka Kita. Novelis Muhidin M. Dahlan tak ketinggalan menuliskan kalimat yang ia kutip dari Mahatma Gandhi:” Bumi adalah sorga/ yang rusak jadi neraka/ oleh orang-orang dungu hiruk-pikuk…
Di penghujung 2007, Marjinal pulang kampung, kembali ke markas di Setu Babakan, Jakarta. “Gue kangen nyokab,” kata Bob, yang merindukan bertemu ibunya. Sedangkan Mike menyiapkan acara mancing bersama warga di sebuah empang yang dikelola secara swadaya. “Mancing itu kebutuhan. Sambil merenung dan melatih kesabaran. Baru kepikiran… Marjinal udah jalan sebelas tahun…,” kata Mike sambil menghela nafasnya.

Sebelas tahun Marjinal berjalan. Ibarat seorang bocah yang lagi gesit-gesitnya, ingin mencoba ini dan itu dengan rasa ingin tahu nan besar. “Marjinal sebagai komunitas memang sebelas tahun jalan, tapi yang terlibat di sana kan udah bukan bocah lagi. Komunitas ini bukan ruang bermain bocah lagi, tapi jadi suatu jalan hidup,” tutur Mike.
Menurut Mike, apa yang dicapai Marjinal hari ini adalah tidak lepas dari dukungan warga kampung Setu Babakan.
Marjinal telah merilis empat album: Ditindas atau Bangkit Melawan, Anty Military, Termarjinalkan dan Predator. Melalui lagu-lagu yang dikumandangkan empat album itu, Marjinal mulai dikenal publik, khususnya scene punk.

Sebagian besar publik mengetahui Marjinal hanya dari lagu-lagunya. Mereka gak tahu, personil Marjinal seperti apa. Publik baru tahu kemudian setelah Marjinal diundang manggung di beberapa gelaran musik (gigs) di beberapa daerah, sampai ke kampung-kampung di pojok paling pelosok Indonesia. Ketika bertemu player Marjinal, orang-orang makin suka karena mereka mudah diajak bersahabat.
Dalam setiap gigs, Marjinal selalu membuka work-shop cukilan kayu dan cetak sablon. Pada waktu tertentu kadangkala diisi diskusi yang serius. Atau sekadar bincang-bincang santai. Ternyata Marjinal jenaka pun bisa!

Awalnya, orang kalau melihat sosok Mike yang tinggi atletis dengan tattoo yang tergambar di pergelangan, leher hingga kepalanya, yang dilebati rambut gimbal, bikin orang ketar-ketir juga. Tapi begitu melihat seulas senyum dan vokalnya yang rada empuk bersahabat, orang-orang pun mendekat menjabat tangannya. Atau saling bertegur-sapa.
Sedangkan dengan Bob, walau sekujur tubuhnya dirajah dengan ornament tribal serta gambar pencakar langit plus Monas di betisnya… Bob langsung menyapa dan mendekat pada orang-orang yang rada canggung. Bob langsung mengajak bercanda-ria dan menyanyi bersama.
Publik pertamakali mengenal Marjinal, tentu saja, dari lagu-lagunya. Empat album yang telah dirilis beredar di lapak atau distro, bahkan dari tangan ke tangan, namun kini sudah dibajak pula dan beredar di kakilima di pelbagai pojok pelosok Indonesia. Selain itu, publik mengenal Marjinal dari desain cetakan sablon di kaos, yang merupakan bentuk aplikasi karya seni grafis cukilan kayu Marjinal. Kaos desain-desain Marjinal pun kini telah dibajak dan beredar di kaki lima di pelbagai pojok pelosok Indonesia.

“Sampai saat ini kita biarin karya kita dibajak. Hitung-hitung bagi-bagi rejekilah! Itu salah satu bentuk kemenangan komunitas punk, bias diterima secara luas,” ujar Mike sambil terkeh-kekeh.
lirik lagu-lagu Marjinal, menurut pengakuan sebagian besar kaum muda, sangat mewakili kenyataan hidup mereka yang termarjinalkan. Lirik-lirik lagu itu menggedor kesadaran mereka, agar melihat kenyataan lingkungan lalu bangkit menolong diri sendiri. Lagu-lagu itu memberi inspirasi agar kaum muda hidup mandiri.
“Marjinal itu purba banget,” kata seseorang pemuda dari Indramayu, yang enggan disebutkan namanya.
Lho, kok purba?
“Ya, sebagian besar publik pendengarnya tahu Marjinal cuma dari lagu-lagunya,” kata pemuda itu. Ia pun bersama beberapa temannya ketika liburan pergi ke markas Marjinal di Setu Babakan. “Kehidupan orang-orangnya sama persis kayak lagu-lagunya!” katanya.
Yup! Publik mengenal Marjinal dari lagu serta karya seni grafis, cukilan kayu yang diaplikasikan dalam sablon kaos, emblem dan pin. Sebagian besar karya cukilan kayu itu adalah bentuk narasi senirupa yang bersumber dari lirik-lirik lagu Marjinal. Mereka menyadari, lagu dan visual art sebagai media yang sangat ampuh membangun kesadaran kaum muda.

“Kita gunakan ruang publik kota sebagai tempat pameran. Kita berkompetisi dengan media visual yang lain, seperti iklan dan program pemerintah. Poster cukilan kayu dan stensil kita gunakan buat media penyadaran agar kita tidak melulu konsumtif. Kita anti konsumerisme yang selalu diiklankan di ruang public. Makanya kita harus berani merebut ruang publik sebagai ruang media visual kita!,” ujar Bob yang seringkali menggelar karya komik, cukilan kayu dan stensil di beberapa stasiun kereta api.
.
Kita berada di tengah kultur visual abad 21. Revolusi teknologi informasi dan komunikasi telah menjelma dunia jadi medan kecamuk citra. Pada abad digital ini tiap detik dunia digempur oleh citra yang datang-pergi silih berganti dengan agresivitas dan intensitas tinggi. Invasi citra kini telah dan makin jauh menembus teritori realitas. Dengan kapasitasnya melesatkan imajinasi tanpa batas, citra mampu memanipulasi realitas, atau bahkan menggantinya dengan realitas rekaan yang lebih “real”, lebih meyakinkan, lebih otoritatif.
Tapal-tapal batas antara yang natural dan artificial, antara yang “sungguhan” dan “bohongan”, bukan saja semakin kabur, tapi juga tidak relevan lagi.

Menjadi penghuni pada zaman ini berarti hidup dalam sebuah kebudayaan didominasi gambar, simulasi visual, stereotype, ilusi, reproduksi, imitasi dan fantasi. Masyarakat pascamodernisme dewasa ini dihidupi dan menghidupi rezim budaya citra, dengan citra visual sebagai panglima.

Dari halaman koran dan majalah, reklame di pinggir jalan, televisi, VCD, DVD, handphone, internet dsb, citra visual membanjiri seluruh dunia hingga ke pojok paling [elosok sekali pun, mengepung setiap individu dengan semua kekuatan seduktifnya berkembang biak dengan subur, teramat subur, over provokatif. Menginvasi segala sector kehidupan dan akhirnya menenggelamkan seluruh tubuh masyarakat kontemporer: mengubahnya jadi “masyarakat tontonan” (society of spectacle), sebuah masyarakat yang menggantungkan eksistensinya pada tampilan, kosmetik efek atraktif –spektakuler. Inilah masyarakat dimana kemasan lebih bernilai ketimbang isi, impresi lebih penting ketimbang esensi, visualisasi lebih berguna daripada kontemplasi.
 Punk sebagai sebuah gerakan subkultur di Inggris dan Amerika muncul dari kantong-kantong kehidupan perkotaan (urban), muncul dari masyarakat industrial. Punk di Indonesia adalah hasil sebuah transformasi budaya akibat dari globalisasi arus bawah. Sebermula punk digandrungi kelas menengah-atas kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta atau Bandung, sebagai bentuk snobisme anak muda perkotaan. Tapi semanjak akhir 1990-an, subkultur punk menjadi sebuah gerakan subkultur yang merasuk sampai desa, kampung atau dusun di pojok pelosok Indonesia.

Beberapa scene punk di kota-kota kabupaten di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, dan Kalimantan sekarang secara berkala membuat gelaran musik (gigs), yang diikuti band-band punk dari desa-desa di sekitarnya. Sebagaian besar kaum muda itu hidup sebagai petani atau pedagang dengan latar budaya agraris yang kuat.
Secara tidak langsung, Marjinal memberi pengaruh terhadap tumbuhnya komunitas punk di Indonesia. Setidaknya, empat album Marjinal album musik punk rock awal yang liriknya menggunakan bahasa Indonesia. Marjinal juga menyuntik rasa percaya diri band-band lokal untuk menciptakan lagu sendiri dalam bahasa Indonesia, ketika band-band punk lokal berorientasi pada punk yang tumbuh di London atau New York.

Sepuluh tahun yang lalu,sulit membayangkan sebuah band punk menyanyikan lagu ciptaan sendiri yang berbahasa Indonesia. Marjinal membangun “rumah bahasa” dalam komunitas punk – bahasa Indonesia yang tidak mengalami birokratiasasi, bahasa Indonesia yang mengenali kembali rasa berbahasa, jauh dari slogan-slogan politik bahasa pemerintah yang memaksa warganya berbahasa Indonesia baik dan benar tetapi terasa garing, tanpa rasa. Sepuluh tahun yang lalu ketika band-band punk lokal masih berorientasi pada punk yang tumbuh di London atau New York.

Ketika Marjinal mencipytakan lagu berbahasa Indonesia dan menyanyikan di depan publik, mereka menuai cacian dan diremehkan. “Kok punk nyanyi lagu bahasa Indonesia,” kata Mike menirukan keluhan orang-orang ketika itu.

Scene punk sepuluh tahun yang lalu masih berkiblat pada punk di Barat. Mereka acapkali menyanyikan lagu-lagu Sex Pistols, Ramones, The Exploited, dll.
Ketika Marjinal menyanyikan lagu-lagu dengan tema kritik sosial, pun scene punk di Jakarta kaget-kagetan dan mencemooh, “Kok punk ngomongin politik!”
“Ketika itu sebagian besar band punk rock bicara kebebasan, yang fokusnya adalah hubungan lelaki dan perempuan, cinta-cintaan gitu lho. Kita menulis lagu kritik sosial. Atau lagu seperti Cinta Pembodohan yang mengkritik abis segala bentuk cinta-cintaan yang cemen itu!,” ujar Bob.
***

Sebelas tahun Marjinal berjalan melangkah tidak selalu ringan menganyun. Orang-orang datang dan pergi, hidup dan menghidupi komunitas ini. Marjinal selama sebelas tahun membangun “rumah bahasa” sekaligus menatanya, dengan nilai etos gerakan punk Do It Yourself (DIY), aktivisme politis di tingkat akar rumput yang memiliki cakupan luas dan terbuka dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Budaya DIY terutama mencuat pada 1990-an, di Inggris, ketika terjadi percampuran antara aksi protes (sebagai aksi politik langsung) dengan kegiatan pesta (aksi perayaan, festival). Budaya ini menyerukan gerakan counter culture atau underground di Amerika pada 1960-an, di mana politik dan pesta berbaur. Budaya DIY, di tangan Marjinal, menjadi ekonomi koperasi, pemenfaatan teknologi digital dan teknologi komunikasi untuk tujuan-tujuan masyarakat bebas, dan komitmen terhadap teknologi alternative. Mengembangkan sikap berdikari (berdiri di kaki sendiri), sikap independen, termasuk dalam hal memproduksi kebutuhan-kebutuhan estetis: musik fashion, rajah tubuh, aksesoris, buku dan komik.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes